ILMU MAKKI dan MADANY

Makalah
Disusun guna memenuhi tugas
mata kuliah
Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu : Dra, Hj, Noor
Rosyidah, M.SI
Disusun oleh:
Nihayatul Ifadhloh
(122111103)
Nurul Aini Muslihatin (122111110)
Siti Nur faizah (122111123)
AHWAL AL-SAKHSIYYAH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
WALISONGO
SEMARANG
2013
Surat Makky dan Madany
I.
Pendahuluan
Para orientalis
sengaja memunculkan keraguan tentang umur Nabi, supaya perkembangan dakwah
Islamiyah di Makkah tidak dapat diketahui dengan pasti dan untuk meremehkan
pengetahuan-pengetahuan yang berpautan dengan marhalah-marhalah wahyu yang
terus menerus turunnya di Mekkah dan kemudian terus menerus pula turunnya di
Madinah. Sesudah kita menetapkan umur Nabi di waktu turun wahyu pertama, kita
dapat dengan berangsur-angsur mengikuti masa-masa turun Al-Qur’an, mahalah demi
marhalah. Dalam hal ini kita berpegang kepada apa yang telah di pegangi oleh
para imam-imam yang telah menggambarkan marhalah-marhalah itu, baik marhalah
permulaan, marhalah pertengahan ataupun marhalah penghabisan. Dengan yakin kita
berkata: “ Apabila kitab meletakkan ilmu-ilmu Al-Qu’an dalam neraca
perbandingan maka nyatalah bahwa mengetahui ayat-ayat Makkiyah dan ayat ayat
Madaniyah sangat memerlukan penyaringan riwayat-riwayat yang bertahkim kepada
sejarah yang benar. Sebenarnya kita kebih perlu mengetahui mana ayat-ayat
Makkiyah dan mana ayat-ayat Madaniyah dari Asbab
an-Nuzul ; karena mengetahui Asbab
an-Nuzul hanya mencapai beberapa macam juz’iyah yang berpautan dengan muasabah-munasbah fardhiyah ijtima’iyyah, tidak
mencapai sesuatu penjelasan bagi ayat-ayat Al-Qur’an yang lan yang turun tanpa
di dahului suatu sebab.’’
Kita sangat
memerlukan ilmu yang berpautan dengan Makky dan Madany karena surat-surat yang
terdapat dalam Al-Qur’an adakala Makkiyah dan adakala Madaniyah
dan adakala ayat-ayat dari surat Makkiyah yang turun di Madinah, ada pula
ayat-ayat dari surat Madaniyah yang
turun di Mekkah dan ada pula setiap ayat dalam Al-Qur’an mempunyai ciri-cirinya
sediri yang dengan ciri-ciri itu kita dapat menggolongkan ayat-ayat itu ke
dalam golongan Makkiyah atau ke dalam golongan Madaniyyah. Dan pada konteks ini
kita akan membahas tentang definisi, ciri, dan faedah dari ilmu makky dan
madany.[1]
II. Rumusan Masalah
Adapun rumusan
permasalahan dari pembahasan makalah ini adalah :
A. pengertian
ilmu makky dan madany!
B. Tanda-Tanda
dan Macam-Macam Surat Makky dan Madany!
C. Fungsi
Ilmu Makky dan Madany!
III.Pembahasan
A. Pengertian
Ilmu Makky dan Madany
Untuk menentukan
ayat atau surat yang makkiyyah dan madaniyyah, ada beberapa
kriteria yang di kemukakan para ulama tafsir.
a)
Makkiyyah
ialah segala ayat yang diturunkan di Makkah dan Madaniyyah segala ayat
yang diturunkan di Madinah. Termasuk dalam pengertian di Makkah tempat-tempat
yang terletak di sekitar (Arafah, Hudaibiah, dan lain-lain), dan termasuk pula
dalam pengertian Madinah tempat-tempat yang terletakdi sekitar (Badar, Uhud,
dan lain-lain).
b) Makkiyyah
adalah segala ayat yang diturunkan sebelum hijrah, sekalipun turunnya di
Madinah, dan Madaniyyah adalah segala ayat yang turun setelah hijrah
sekalipun turunnya di Makkah. Di sini yang menjadi kriteria adalah saat hijrah
(berangkatnya) Nabi dari Makkah menuju Madinah.
c) Makkiyyah
adalah segala ayat yang kitab (isi pembicaraan) nya kepada penduduk Makkah, dan
Madaniyyah adalah segala ayat yang isi pembicaraannya ditujukan kepada
penduduk Madinah dan sekitarnya.
Bedasakan
kriteria ketiga inilah orang mengatakan setiap ayat yang berisi seruan kepada
orang mukmin (ya ayyuhal lazina amanu) menunjukkan ia turun di Madinah,
dan setiap ayat yang berisi seruan kepada manusia (ya ayuhan nasu)
menunjukkan ia turun di Makkah.
Demikianlah tiga
kriteria yang perlu di perhatikan sebelum kita meneliti lebih lanjut tentang Makkiyyah
dan Madaniyyah. Memang, yang mahsyur di kalangan masyarakat
adalah kriterian 1 atau nomor 2; padahal kriteria nomor 3 tidak kurang
pentingnya untuk di perhatikan.
Bila
kita sebut Makkiyyah dan Madaniyyah tidaklah berarti bahwa
seluruh ayat-ayat suci Al-Qur’an itu turun hanya di Makkah (dan sekitarnya)
saja, melainkan masih ada tempat-tempat lain yang pernah di sana turun ayat
Al-Qur’an. Misalnya di : Baitul Makdis, dusun Juhfah, Taif, dan lain-lain.[2]
B. Tanda-Tanda
dan Macam-Macam Surat Makky dan Madany
Abu Al-Qosim
Al-Isabury pernah berkata, “diantara lilmu-ilmu Al-qur’an yang paling mulia
adalah mengenai nuzulnya, tempat dan urutan (ayat) yang turun di makkah dan
madinah, dan masih banyak lagi”, ayat yang turun di makkah disebut ayat makkiyah,
dan surat yang turun di madinah disebut madaniyah. Para ulama’ berebeda
pendapat mengenai definisi dari surah makkiyah dan madaniyah,
terdapat tiga pendapat;
Pertama,
pendapat paling masyhur, makkiyah yaitu wahyu yang turun sebelum nabi
hijrah sedangkan madaniyah yaitu wahyu yang turun setelah nabi hijrah,
sama saja apakah turun di makkah al mukaraomah atau di madinah al
munawaroh, pada tahun ‘’fathu makkah’’ atau haji wada’ nabi
sedang berada di kediaman atau sedang bepergian. kedua, makkiyah
yaitu wahyu yang turun di makkah al mukaromah walaupun setelah hijrah,
sedangkan madaniyah yaitu wahyu yang turun dimadinah al munawaroh.
Ketiga, makkiyah yaitu wahyu yang turun karena objek pembicaraan
yamg dituju untuk penduduk makkah al mukaromah, sedangkan madaniyah
yaitu wahyu yang turun karena objek pembicaraan yang dituju untuk penduduk
madinah al munawaroh.[3]
Namun Kemudian timbulah pertanyaan, bagaimana cara untuk mengetahui surah makkiyah
dan madaniyah tersebut?..
Cara untuk
mengetahi ayat makkiyah dan madaniyah adalah dengan menegetahui
riwayat dari para sahabat rasulullah, karna merekalah yang mengikuti perjalanan
hidup rasulullah S.A.W, baik di makkah dan madinah, sebab nuzulnya Al-Qur’an juga
dapat digunakan sebagai cara yang di tempuh untuk mengtahui tempat turunya
suatu ayat. Ketentuan yang ditetapkan bagi penduduk makkah tidak sama dengan
penduduk madinah, sebab lingkungan juga membedakan antar keduanya, di madinah
memnutuhkan Undang-Undang terinci untuk memangun masyarakat baru, karna itu
Al-qur’an memandnag perlu memberikan penjelasan yang panjang, tidak seringkas
yang ada di madinah.[4]
terdapat semacam isyarat-isyarat yang bisa ditangkap untuk membedakan ayat makkiyah
dan madaniyah.[5]
Diantara ciri khusus dari surat makkiyah
adalah sebagai berikut;
1. terdapat
huruf tahajji, diantaranya seperti qaf (ق), nun (ن),
dan ha mim (حم).
2. Memuat
kisah adam dan iblis ( kecuali surah Al-baqarah;168, dan surah An-Nisa’;133)
3. Memuat
kisah para nabi dan umat islam terdahulu.
4. Terdapat
khitbah (seruan), kepada semua manusia.
5. Menyeru
dengan kalimat “anak adam”.
Kemudian terdapat ciri umum dari surah makkiyah,
diantaranya yaitu;
1. Ayatnya
pendek, surahnya pendek, nada perkataanya keras dan agak bersajak.
2. Mengandung
seruan pokok-pokok iman kepada Allah.
3. Menyeru
manusia berpengarai mulia da berjalan diatas jalan kebjakan
4. Mendebat
orang-orang musyrik dan menerangkan kesalahan-kesalahan pendirian mereka
(penekanan akidah)
5. Banyak
terdapat lafal sumpah.
Adapun sebagian dari ciri khusus surat madaniyah
adalah sebagai berikut;
1. Terdapat
izin bereperang atau ada penenrangan tentang hal perang dan penjelasan tentang
hukum-hukumnya.
2. Terdapat
hukum-hukum faraidh, qishas, hudud, dan jihad di dalamnya.
3. Meneyebut
‘’orang-orang munafik’’ ( kecualai
Al-Ankabut)
4. Memuata
bantahan terhadap Ahlu Al-Kitab (yahudi dan nasrani).
Kemudian
terdapat ciri umum dari surah madaniyah, diantaranya yaitu;
1. Surahnya
panjang-panjang, sebagian ayatnyapun panjang-panjang serta jelas menerangkan
hukum dengan mempergunakan uslub yang terang.
2. Menjelasakan
keterangan-keterangan dan dalil-dalil yang menunjukkan kepada hakikat-hakikat
keagamaan.
Kekhususan
surah madaniyah ini, menjelaskan kepada kita langkah-langkah yang ditempuh
islam secara bertahap di dalam mensyariatkan (menetapkan hukum).[6]
Surat makkiyah
maupun surat madaniyah, tidak selalu didalamnya bermuatan dari spesifikasi
suratnya, terkadang dalam surah makkiyah juga terdapat surah madaniyah,
dan beitupun sebaliknya, isyarat-isyarat atau ciri-ciri yang lazim disebut dhawabith,
baik itu ada madaniyah, maupun pada makkiyah, bukanlah sebuatu
yang pasti, ketetapan itu diambil berdasarkan taghlib, yakni kebanyakian
maupun kebiyasaan. Kemudian dapat disusun dalam semacam pengelompokkan
surah-surah seperti berikut ini;
1.
Surah makkiyah
yang seluruhnya berupa ayat makkiyah, misalnya surah Al-mudatssir, juga
surah madaniyah yang keseluruhan ayantnya madaniyah, seperti
surah Al- imron.
2. Surah
makkiyah yag sebagian besar mearupakan surah makkiyah namun
tedapat beberapa surah madaniyayh, seperti surah Al-A’raf, hampir
keseluruhan dalam surah ini adalah makkiyah, keculai ayat 163 sampai
dengan ayat 171.
3. Surah
madaniyah yang sebagian besar merupakan surah madaniyan, namun
terdapat beberapa surat makkiyah, seperti surah Al-Hajj, hampir
keseluruhanya adalah madaniyah kecuali ayat 52-55.
Antara
surah makkiyah dan madaniyah sebenarnya masih terdapat semacam
beberapa kemiripan-kemiripan yang sulit ditangkap menggunakan isyarat-isyarat
seperti di atas.
Seperti contoh ayat yang berbunyi;
الذين
يجتنبون كباءر الاءثم والفواحش إلا اللمم. (النجم :32)
“mereka yang menjauhi dosa-dosa besar dan
perbuatan keji yang selain kesalahan-kesalahan kecil”
الفواحش (perbuatan keji) oleh sebagian ulama’
dianggap pelanggaran hukum yang mengakibatkan had, sedangkan كباءر (dosa-dosa besar) adalah semua dosa yang
mengakibatkan pelakunya mendapat ganjaran neraka. اللمم disini diterjemahkan menjadi
“kesalahan-kesalahan kecil”, kata Al-Syuyuthi adalah kesalahan yang mempunyai bobot diantara kaba’ir
dan al-fawahisy, padahal waktu itu makkah belum mengenal adanya had,
sedangkan surah ini adalah surah makkiyah, oleh karena itu Assyuyuthi
lebih suka memeilih mendefinisikan fawahisy dengan kaba’ir
atau dosa besar, sementara kaba’ir
sendiri ia definisikan sebagai pelanggaran yang membuat besar (keras) siksaan. sementara
itu menurut Syuyuthi, ada sebagiana ulama’ yang mengecualikan ayat ini sebagai
ayat madaniyah pada surah makkiyah, pengecualian ini barangkali
dimaksudkan agar sesuai dengan definisinya yang mengatakan fawahisy
adalah “dosa yang mengakibatkan had”, maka ayat surah al-najm ini
dianggap madaniyah.
1.
Surat-Surat Yang Turun
Di Makkah
Wahyu
dalam Al-Qur’an berjumlah 114 surah.
yang diturunkan di madinah terdapat 29 surah, dan sisanya 85 surah diturunkah
di makkah. Imam Badruddin Muhamad bin Abdullah
Al-Zarkasyi dalam kitabnya yang berjudul Al-Burhan Fi’ulumi Al-Qur’an
menulis bahwa surah-surah yang turun di makkah berjumlah 83 buah, namun
pendapat ini berbeda dengan pendapat Ibnu Jarih dalam kitanbnya Al-Fihrist
mengatakan 85. Berikut ini adalah kronologi turunya yang terdapat di makkah menurut
kitab Al-Fihrist yang diambil dari buku Wawasan Baru Tarikh Al-Qur’an
karya syeikh Abu Abdullah Al-Zanjani.
1)
Iqra’ S.D Maa Lam
Ya’lam
2)
Nun Wa Al-Qalam
3)
Ya Ayyuha Al-Muzammil
4)
Al-Muddatstsir
5)
Tabbat (Surah Al-Lahab)
Menurut Riwayat Mujahid
6)
Idza Al-Syamsu Kuwwirat
(Al-Takwir)
7)
Sabbih Isma Rabbika
(Al-A’la)
8)
Alam-Nasyrah
(Al-Insyiroh)
9)
Al-‘Ashr
10)
Al-Fajr
11)
Al-Dhuha
12)
Al-Laili
13)
Al-‘Adiyat
14)
Al-Kautsar
15)
Al-Takatsur
16)
Araita Alladzi
Yukadzibu Bi Al-Din
17)
Al-Kafirun
18)
Al-Fil
19)
Al-Ikhlas
20)
Al-Falaq
21)
Al-Nas
22)
Al-Najm
23)
‘Abasa
24)
Al-Qadr
25)
Al-Syamsi
26)
Al-Buruj
27)
Al-Tin
28)
Quraisy
29)
Al-Qari’ah
30)
La Uqsimu Bi Yaumi
Al-Qiyamah
31)
Al-Humazah
32)
Al-Mursalaat
33)
Qaf
34)
Al-Balad
35)
Al-Rahman
36)
Al-Jin
37)
Yasin
38)
Alif Lam Mim Shad
39)
Al-Furqan
40)
Al-Malaikah
41)
Alhamdulillahi Fatihi
Al-Samawati
42)
Maryam
43)
Thaha
44)
Al-Waqi’ah
45)
Al-Syu’ara’
46)
Tha Sin
47)
Al-Khirah
48)
Bani Israil
49)
Hud
50)
Yusuf
51)
Yunus
52)
Al-Hijr
53)
Al-Shaffat
54)
Luqman (Ayat Akhurnya
Madaniyah)
55)
Al-Mu’minun
56)
Saba’
57)
Al-Anbiya’
58)
Al-Zumar
59)
Al-Mu’min
60)
Al-Sajdah
61)
Ha Mim ‘Ain Sin Qaf
62)
Al-Zukhruf
63)
Al-Dukhan
64)
Al-Syari’ah
65)
Al-Ahqaf
66)
Al-Dzariyat
67)
Al-Ghasyiyah
68)
Al-Kahfi
69)
Al-An’am
70)
An-Nahl
71)
Nuh
72)
Ibrahim
73)
Al-Sajdah
74)
Al-Thur
75)
Al-Mulk
76)
Al-Haqqah
77)
Sa’ala Sa;Ilun
78)
Al-Naba’
79)
Al-Nazi’at
80)
Al-Infithar
81)
Al-Insyiqaq
82)
Al-Rum
83)
Al-‘Ankabut
84)
Al-Muthaffifin
85)
Iqtarabat Al-Sa’ah
86)
Al-Thariq
87)
, 88), 89),
bersdasarkan sumber Al-Tsauriy, dari firas, dari al-sya’bi
berkata : “surah An-Nahl turun di makkah, kecuali ayat wa in ‘aqabtum fa
‘aqibu bi mitsli ma ‘uqibtum bihi”.
2.
Surah-Surah Yang Turun di madinah;
1)
Al-Baqarah
2)
Al-Anfal
3)
Al-A’raf
4)
Ali Imran
5)
Al Mumtahanah
6)
Al Nisa’
7)
Idza Zulzilat Al Aradh
8)
Al Hadid
9)
Alladzina Kafaru
10)
Al Ra’d Hal Ata ‘Ala Al
Insan
11)
Ya Ayyuha Al Nabiyu
Idza Thallaqtum Al Nisa’
12)
Lamyakun Alladzina
Kafaru
13)
Al Hasyr
14)
Ida Ja’a Nashrullah
15)
Al Nur
16)
Al Hajj
17)
Al Munafiqun
18)
Al Mujadalah
19)
Al Hujurat
20)
Ya Ayyuha Al Nabiyu
Lima Tuharrimu (Al Tahrim)
21)
Al Jumu’ah
22)
Al Taghabun
23)
Al Hawariyun
24)
Al Fath
25)
Al Ma’idah
26)
Al Taubah
27)
Al Mu’awwizatain (Al
Falaq Dan Al Nisa’).
3. Ayat-Ayat
Yang Turun di Makkah dan Hukumnya Madaniyah
Diantara
ayat yang turun di makkah dan hukumnya madaniyah diantaranya adalah;
1) Ayat
13 surah Al Hujurat.
2) Ayat
3 sampai 5 surah Al Ma’idah.
Ayat
13 surah Al Hujurat turun pada waktu Fathu Makkah, ayat ini dinyatakan madaniyah
karna turun sesudah hijrah, dan tiga surah Al Ma’idah (3, 4, 5,) turun
pada hari jum’at, kala itu umat islam tenga wuquf di padang arafah dalam
peristiwa haji wada’, haji ini dilaksanakan rasulullah SAW, setelah beliau
berhijrah. Maka, ketiga ayat diatas , diklasifikasikan sebagai ayat-ayat madaniyah
kendatipun turun di Arafah dan seperti diketahui, Arafah adalah kawasan
disekitar makkah.
4. Ayat-Ayat
Yang Turun di Madinah dan Hukumnya makkiyah
1) Al
Mumtahanah.
2) Ayat
41 Surah Al Nahl
Surah
ini turun ketika rasulullah hendak berangkat menuju mekah menjelang Fathu Makkah,
ini terjadi setelah hijrah. Al Zarkasy mengklasifikasikan ayat-ayat ini sebagai
makkiyah , ia tak menjelaskan alasanya, ada kemungkinan dari penulis
(buku yanng kami kutip), Kitab Al Burhan Fi ‘Ulum Al Qur’an sepakat
dengan pendapat yang mengatakan ayat ini adalah makkiyah adalah ayat-ayat
yang ditujukan pada penduduk mekah.
3) Awalan
Surah Al Taubah sampai dengan ayat 28, ayat-ayat ini sesungguhnya madaniyah
tetapi jika dicermati ditujukan kepada penduduk makkah.
5. Makkiyah
mirip madaniyah
Pada
halaman diatas dalam kasus ayat 32 surah al najm, tedapat kata كباءر yang mungkin sedikit membingungkan
banyak orang, karna hampir kebanyakan dari ulama’ mendefinisikanya sebagai “pelanggaran
hukum yang mengakibatkan had”, padahal sebelum Rasulullah meningglkan mekah
menuju madinah untuk berhijrah hukum itu belum dikenal, inilah yang disebut
ayat makkiyah namun mirip madaniyah.
6. Madaniyah
mirip makkiyah
Jika
kita melihat kitab Al Burhan Fi Ulumi Al Quran didalamnya akan membahas
tentang ayat madaniyah mirip makkiyah, dan hanya ada tiga ayat menurut kitab
ini.
1)
Ayat 17 surah Al
Anbiya’, turun sehubungan dengan kedatangan delegasi hukum nasrani najran.
2)
Ayat 1 surah Al
‘Adiyat.
3)
Ayat 32 surah Al Anfal.
[7]
Adapun dasar-dasar
yang dapat menentukan sesuatu surah itu makkiyah atau madaniyah,
itu ada dua hal :
a.
Dasar aghlabiyah (mayoritas)
yakni kalau suatu surah itu kebanyakan ayat-ayatnya adalah makiyyah maka dihukumi makkkiyah, atau sebaliknya, jika yang terbanyak
ayat-ayat dalam sesuatu surah itu madaniyyah maka dihukumi surah
madanyah. Atau diturunkan setelah nabi
hijrah ke madinah maka surah itu disebut surah madaniyah.
b.
Dasar taba’iyah
(kontinuitas), yakni permulaan sesuatu surah itu di dahului dengan ayat-ayat
yang turun di makkah atau sebelum hijrah, maka surah tersebut disebut makkiyah,
dan begitu pula sebaliknya.
Dasar dari
kedua penetapan ini adalah hadits riwayah ibnu abbas r.a.
كانت اذا انزلت فاتحة صورة
بمكة , كتبت بمكة ثم يزيد الله فيها ما يشاء
“kalau awal
surah itu diturunkan di makkah, maka dicatat sebagai surah makkah, lalu allah
menambahkan dalam surah itu aayat-ayat yang dikehendaki-NYA”[8]
C.
Fungsi Ilmu Makky dan
Madany
Adapun Fungsi Ilmu Makky dan Madany :
Fugsi Ilmu
makky dan madany adalah
banyak sekali. Dalam hal ini, al-Zarqani di dalam kitabnya manahilul ‘Irfan
menerangkan sebagian daripada kegunaan Ilmu makky dan madany adalah:
Pengetahuan tentang Makki dan Madani
banyak faedahnya, di antaranya adalah:
a.
Untuk dijadikan alat
bantu dalam menafsirkan Al-Qur’an.
b. Untuk
mengetahui langkah-langkah kebijaksanaan dakwah yang berlangsung secara
bertahap sesuai dengan kondisi dan situasi tertentu, bahkan juga untuk
mengetahui sejauh mana relevansi dakwah itu dengan lingkungan masyarakat Arab
di Mekkah dan Madinah.
c. Dengan
meresapi gaya bahasa Al-Qur’an dapat memanfaatkannya dalam metode berdakwah di
jalan Allah SWT, sebab setiap situasi mempunyai bahasa tersendiri.
d. Mengetahui
sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Qur’an, sebab turunnya wahyu kepada
Rasulullah sejalan dengan sejarah dakwah dengan segala peristiwanya. Dan juga
dapat mengetahui sejarah hukum Islam dan perkembangannya yang bijaksana secara
umum.
e.
Dapat meningkatkan keyakinan kita terhadap
kebesaran, kesucian dan keaslian Al-Qur’an, karena melihat besarnya perhatian
umat Islam sejak turunnya terhadap hal-hal yang berhubungan dengan Al-Qur’an,
sampai hal-hal yang sedetail-detailnya.
Dengan demikian,
maka siapa pun yang ingin berusaha merusak kesucian dan keaslian Al-Qur’an,
pastilah segera diketahui oleh umat Islam.
Dan adapun manfaat kita mempelajari ilmu makky
dan madany diantaranya adalah:
1. kita
dapat membedakan dan mengetahui ayat yang mana yang masukh dan nasikh.
Apabila terdapat dua ayat atau lebih mengenai suatu masalah, sedang hukum yang terkandung didalam
ayat-ayat itu bertentangan. Kemudian dapat diketahui bahwa ayat yang satu
makkiyah, sedang ayat lainnya madaniyah.
2. Kita
dapat mengetahui sejarah hukum
Islam dan perkembangannya yang bijaksana secara umum.
3. Dapat
meningkatkan keyakinan kita terhadap kebesaran, kesucian, dan keaslian
Al-Quran, karena melihat besarnya perhatian umat islam sejak turunnya terhadap
hal-hal yang berhubungan dengan Al-Quran, sampai hal-hal yang
sedetail-detailnya.
4. Sebagai alat bantu dalam menafsirkan al-Quran.
5. Meresapi Ushlub (gaya bahasa) Quran dan
memanfaatkannya dalam metode berdakwah menuju jalan Allah. Surah-surah Makiyah
yang ditujukan kepada orang-orang kafir Quraisy dengan memakai ushlub
singkat-singkat, sedangkan surah-surah Madaniyah yang ditujukan kepada penduduk
Madinah yang hiterogen, menggunakan ungkapan panjang agar mudah diserap
mereka.
6. Mengetahui
hikmah disyariatkannya sesuatu hukum (Hikmatut Tasyri’). Dengan Ilmu
Makki dan Madani dapat diketahui tarikh tasyri’ yang dalam mensyariatkan
hukum-hukum Islam secara bertahap.
7. Mengetahui
sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Quran, sebab turunnya wahyu kepada Rasulullah
sejalan dengan sejarah dakwah dengan segala peristiwanya.[9]
Pada faedah
point pertama yaitu membantu mengetahui ayat nasikh-mansukh hal itu
berseberangan dengan seorang pemikir asal Sudan yang bernama Mahmoud Mohamed
Taha (w. 1985 M). Ia mengatakan bahwa ayat-ayat al-Qur’an dapat dibagi menjadi
dua bagian yaitu ayat-ayat makiyyah yang merupakan ayat-ayat dasar (ayat
al-ushul) dan ayat-ayat madaniyyah yang merupakan ayat-ayat cabang (ayat
al-furu’). Melalui konsep naskhnya yang sangat kontradiktif dengan
pendapat para ulama terdahulu. Dengan radikalnya mengatakan bahwa ayat-ayat Madaniyyah
dinasakh oleh ayat-ayat makkiyah. Dan secara otomatis ayat-ayat madaniyyah
tidak terpakai untuk zaman modern ini dan yang diberlakukan adalah ayat-ayat makiyyah.
Alasan Mahmoud adalah bahwa syariah Islam itu berevolusi jadi yang cocok
syariat itu didasarkan pada ayat-ayat makiyyah. Selama ini menurut
Mahmoud bahwa Syariat Islam banyak didasarkan kepada ayat-ayat madaniyyah karena
memang ayat-ayat madaniyyah inilah yang secara rinci hal-hal praktis
pedoman hidup umat Islam. Sementara ayat-ayat makiyyah berisi
prinsip-prinsip umum ajaran Islam.[10]
Ini Merupakan
beberapa hikmah dari mengetahui dan memahami
tentang ayat madaniyah atau ayat Al
Quran yang turun di madinah, dan ayat makiyyah yang merupakan ayat Al-Qur’an
yang turun di makkah atau ayat makkiyyah, dari pembedaan dan klarifikasi
tentang penciri khasan ayat makiyah dan madaniyyah, sehingga bisa
diambil hikmah dan pelajaran ilmu ini.
Komentar
Posting Komentar