MENDIDIK ANAK
MENDIDIK ANAK
Makalah
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Hadits Ahkam
Dosen Pengampu : Tolkhatul Khoir., M.Ag.
Disusun oleh:
Nihayatul Ifadhloh (122111103)
Nur Afit (122111104)
AHWAL AL-SAKHSIYYAH
FAKULTAS SYARI’AH dan EKONOMI
ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
WALISONGO
SEMARANG
2013
Mendidik
Anak
I.
Pendahuluan
Anak adalah
salah satu anugrah terindah Allah yang dititipkan kepada orang tua, dan salah
satu hal yang dapat menolongmu (orang tua) ketika menuju surga-Nya adalah (do’a)
anak yang sholeh dan sholehah. Maka dari itu, didiklah anak-anak kalian (para
orang tua) dengan didikan yang benar menurut agama dan negara, dan mendiidk
anak adalah kewajiban (mutlak) bagi orang tua (yang mampu untuk megajarinya).
Didalam sebuah
kitab hadits dijelaskan tentang kewajiban seorang ayah (orang tua) kepada
anaknya, yaitu ;
حق الولد
على والده ان يحسن ا سمه وا دبه, وان يعلمه الكتابة والسباحة و الرمية وان لا يرزقه
إلا طيبا , وان يزوجه إذا ادرك. (رواه الحاكم)
“Kewajiban seorang ayah terhadap anaknya, hendaknya ia memberi nama
yang baik dan mendidiknya dengan baik, hendaknya mengerjakan menulis, berenang,
dan memanah, hendaknya tidak memberikan nafkah kecuali rezeqi yang halal, dan
hendaknya menikahkanya apabila usianya telah cukup”. (riwayat Hakim).
Dari
hadits diatas dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan mengajari anak untuk
memanah dan berenang adalah sebagai latihan sejak dini agar bila anak tersebut
dewasa dapat berjuang dijalan Allah (mungkin perintah berenang dan memanah
adalah karena dahulu islam identik dengan peperangan untuk memper juangkan
agama Allah, namun saat ini mungkin dapat di aplikasikan pada lebih menjaga
kesehatan dan kebugaran dalam menjaga kesehatan). Kemudian dijelaskan pula
berilah mereka makan dengan rizqi yang halal, karena dalam hadits nabi yang
lain nabi pernah bersabda: “daging yang ditumbuhkan dari hasil yang haram,
tempat yang paling layak adalah neraka.”[1]
II.
Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan permasalahan dari pembahasan makalah ini adalah :
A.
Pengertian
mendidik anak !
B.
Hadits
tentang mendidik anak !
C.
Tata
Cara Mendidik Anak !
III.
Pembahasan
A.
Pengertian
mendidik anak
Mendidik
anak adalah hal yang berbeda dengan megasuh anak, jika mengasuh anak mungkin
pengertianya lebih mneitibertakan pada bentuk fisik, namun dalam hal mendidik
anak lebih menitiberatkan pada bentuk pengajaran dan pendidikan (akhlak). Jadi
mendidik anak itu lebih mengarah pada pendidikan bathinya, sedangkan
mengasuh anak adalah dhohirnya.[2]
Anak adalah
amanah bagi kedua orang tuanya, hatinya yang suci adalah permata yang sangat
mahal harganya jika dibiasakan dengan kejahatan dan dibiarkan seperti dibiarkanya
binatang ia akan celaka dan binasa, dan memeliharanya adalah dengan upaya pendidikan
dan mengajar akhlak yang baik.
Hal-hal yang
penting yang harus diketahui para orang tua yang mendidik anaknya dalam hal mengerjakan
kebaikan dan mengajarkan mereka hal-hal yang berbudi luhur diantarnya adalah
dengan mengikuti metode dengan pemberian dorongan kata-kata bijak, terkadang memberikan
hadiah jika ia tuntas mengerjakan sesuatu atau menepati janjinya, dan terkadang
pada kesempatan tertentu terpaksa dengan memberikan hukuman jika dipandang
terdapat kemaslahatan, seperti hadits dibawah ini;
وعن عمروبن شعيب عن ابيه عن جده رضي
الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مروااولادكم با الصلاة وهم ابناء
سنين واضربوهم عليها وهم ابناء عشر، وفرقوا بينهم فى المضاجع (حديث رواه ابودود با
سناد حسن)
Artinya: “Dari Amru bin Syu’aib dari bapaknya
dari kakeknya RA berkata: Rasulullah SAW bersabda: perintahkan anak-anakmu
untuk melaksanakan shalat, ketika mereka sampai di usia 7 tahun, kemudian pukul
mereka karena meninggalkan shalat jika telah sampai usia 10 tahun dan pisahkan
diantara mereka di tempat tidurnya”. (H.R. Abu Daud). [3]
B.
Hadits
tentang mendidik anak
Rasulullah dalam banyak hadits telah menjelaskan mendidik anak
dalam pendidikan islam, seperti halnya;
عن
جا بربن سمرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لأن يؤدب الرجل ولده خير له
من ان ينصدق بصاع (رواه الترمذ)
Artinya:“Dari Jubair bin Samurah RA ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: sungguh bahwa seseorang mendidik anaknya adalah lebih
baik daripada ia bersedekah satu sha”. (H.R. Tirmidzi)
ما
نحل والد ولدا افضل من اد ب حسن (رواه الترمذي)
Tidaklah ada pemberian yang lebih baik dari seorang ayah kepada
ankanya dari pada akhlak yang baik (h.r
at-tirmidzi).[4]
Kemudian
diantara hadits-hadits lainya yang menjelaskan tentang mendidik anak adalah
sebagai berikut;
1.
Kewajiban ayah (orang tua) kepada anaknya.
حق الولد على والده ان يحسن ا سمه وا
دبه, وان يعلمه الكتابة والسباحة و الرمية وان لا يرزقه إلا طيبا , وان يزوجه إذا
ادركك. (رواه الحاكم)
Kewajiban seorang ayah (orang tua) terhadap anaknya, hendaknya ia
memberi nama yang baik dan mendidiknya dengan baik, hendaknya mnegajrakan
menulis, berenang, dan memanahl hendaknya tidak memberikan nafkah kecuali
rezeqi yang halal, dan hendaknya menikahkanya apabila usianya telah cukup. (riwayat Hakim).
[5]
2.
Mengajarkan anak untuk menghormati guru
Diantara
hak-hak bermasyarakat yang terpenting yang harus diperhatikan dan diingat oleh
orang tua sebagai pendidik adalah mengajarkan anak untuk menghormati guru,
sehingga anak akan tumbuh dengan sopan santun daan sikap sosial yang tinggi
terhadap gurunya.
Berikut ini
wasiat dan ajaran mulia nabi, diriwayatkan oleh ahmad athabrani, dan hakim dri
ubadah bin shamit bahwa rasulullah saw bersabda;
ليس من امتي من
لم يجل كبيرنا و يرحم صغيران ويعرف لعالمنا.
“tidak
termasuk umatku orang yang tidak meghormati orang yang lebih dewasadan tidak
menyayangi orang yang lebih kecil daripadanya dan orang yang tidak mngetahui
hak gurunya.”[6]
3.
Mengajarkan anak tentang sikap kepada teman
Masalah
yang tidak kalah pentingnya yang harus diajarkan kepada anak oleh orang tua
adalah sikap kepada teman, yaitu
bagaimana memilih teman yang baik akhlak juga kepribadianya, karna dengan siapa
ornag akan berteman, disitulah cerminan dari keseharianya.
Diriwayatkan
oleh bukhori dan muslim dari Abu musa al-as’ary r.a. bahwa rasulullah saw
bersabda;
مثل الجليس الصالح والجليس السوء ككمثل
حامل المسك اما ان يحذيك او تشتري منه او تجد ريحا طيبة , ونافخ الكير اما ان يحرق
ثيابك او تجد منه ريحا منتنة.
“perumpamaan pergaulan yang baik dan yang jahat iu seperti
penjual minyak kasturi daan tukang pandai besi. Baik engkau menerima pemberian
ataupun memebeli daripadanya, yang pasti engkau akan mendapat harumnya.
Sedangkan dari pandai besi adakalanya kan membakar bajumu, tau palibg tidak
akan kau dapati bau yang tidak sedap.”[7]
4.
Perintah Anak Untuk
Mendirikan Sholat
إذا عرف الغلام يمينه من شماله فمروه بالصلاة (رواه ابو داود).
Apabila seorang anak telah mengetahui mana bagian kanan dan kirinya
maka perintahkanlah ia untuk (mengerjakan ) sholat. (Riwayat Abu Daud).[8]
Bilamana anak kalian telah mampu membedakan mana yang kanan dan
mana yang kiri (mungkin penafsiran kanan daan kiri adalah perbuatan yang baik
dan yang buruk) maka kita harus memerikntahkanya untuk sholat, hal ini
dijelaskan oleh hadits lain yang mengatakan, “perintahkanlah anak-anak
kalian untuk sholat bila telah mencapai usia tujuh (tahun), dan pukulah mereka
karna meninggalkan sholat dalam usia sepuluh tahun.”
5.
Mengajarkan anak bagaimana cara menahan rasa lapar dan dahaga dalam
menjalankan ibadah puasa.
Dalam sebuah hadits lain diceritakan
bagaimana cara mendidik anak (untuk puasa);
حدثنا مسدد حدثنا بشربنا
المفضل حدثنا خالد بن ذكوان عن الربيع بنت معوذ قالت
ارسل النبي ص.م غداة عاشوراء الي قرى الانصار من أصبح مفطرا فليتم بقية يومه ومن
اصبح صاءما فليصم قالت فكن نصومه بعد
ونصوم صبياننا ونجعل لهم اللعبة من العهن فاذا بكى احدهم من العهن ذاك حتي يكون عنا الافطار.
Telah menceritakan kepada kami, musaddad, telah menceritakan kepada
kami bisyir bin al mufadhdhal, telah menceritakan kepada kami khalid bin
dzakwan dari ar-ruba’i binti mu’awwidz berkata; Nabi SAW mengirim utusan
kekampung kaum anshor pada siang hari Asyuro’ (untuk) menyampaikan “bahwa siapa yang tidak berpuasa sejak pagi hari maka dia harus
menggantinya pada hari yang lian, dan siapa yang suddah puasa sejak pagi hari
maka hendaklah ia menlanjutkan puasnaya.” (Ar-ruba’i binti mu’awidz) berkata;
“setelah ittu kami selalu berpuasa dan kami juga mendidik anak-anak kecil kami
untuk berpuasa dan kami sediakan untuk mereka semacam alat permainan tersebut
dari bulu domba, apabila seorang dari mereka ada yang menangis meminta makan,
maka kami beri dia permainan itu, demikianlah kami lakukan terus, hingga waktu
berbuka tiba.”[9]
6.
Jenis Keterampilan Yang Harus Diajarkan Kepada Anak.
علمو اولادكم
السباحة والرماية ونعم لهو الموءمنة في بيتها المعزل واذا دعاك ابواك فاجب امك
(رواه الديلمي)
Ajarilah aak-anak kalian berenang dan memanah, sebaik-baik
permainan wanita mukmin dirumahnya dalah menenun, dan apabila orang tuamu
memanggilmu secara bersamaan, maka penuhilah panggilan ibumu. (Riwayat Ad-Dailami).
Berenang dan menembak atau memanah merupakan olahraga bagi
anak-anak yang tujuanya di samping untuk membina tubuh juga agar kelak bila
dewasa dan dibutuhkan untuk berjuang dijalan Allah dapat memenuhi
persyaratannya. Dan untuk anak-anak perempuan, permainan yang paling baik
untuknya didalam rumahnya adalah menenun. Abapila kedua orangtuamu secara
bersamaan memanggilmu, maka penuhilah panggilan ibumu, sebagai prioritas
seperti apa yang telah dianjurkan oleh nabi saw demikian itu karena hak ibu
terhadap ankanya jauh lebih besar dari pada hak ayah terhadap anaknya.[10]
Dari hadits-hadits tersebut, setidaknya dapat diambil pelajaran
bagaimana cara, sikap dan hal-hal yang harus dilakukan kedua orang tua dalam
hal mendidik anak, dan masih banyak lagi cara mendidik anak dengan berdasarkan
agama.
C.
Tata
Cara Dalam Mendidik Anak
Dalam memusatkan sikap kasih sayang kepada anak-anak, Rasulullah SAW
telah memberi teladan kepada generasi muslim agar mereka mengambil contoh dalam
hal menyebarkan dakwah menuju agama Allah khususnya bagi para bapak dan
pendidik. Berikut ini beberapa contoh
dari sikap rasulullah terhadap anak-anak;
1.
At-Tirmidzi Dan Lainya Meriwayatkan Dari Abdullah Bin Buraidah dari
ayahnya;
Saya melihat rasulullah sedang menyampaikan khutbah maka datanglah
hasan dan husain yang mengenakan baju merah, berjalan dan lalu terjatuh,
kemudian Rasulullah SAW turun dari mimbar, dan mengambil keduanya, dan
meletakkan bersamanya, kemudian beliau bersabda ‘’sesungguhnya harta dan
anak-anakmua adalah cobaan. aku melihat kedua anak kecil itu jatuh maka tidakah
aku bersabar sehingga memotong pembicaraanku dan mengangkat keduanya”.
Dari hadits tersebut dapat kita lihat bahwa bagaimana cara mendidik
anak dengana kasih sayang, agar mereka merasa tentram bersama dengan kita.
2.
rasulullah sangat menekankan perlunya seorang ayah yang mendidik
ankanya tampil didepan anaknya dengan penampilan berbakti kedua orang tuanya sehingga dengan
demikian ia memberi contoh baik kepada anak-anaknya. Imam Muslim meriwayatkan
dari Sahal Bin Sa’ad As-Sa’di ra. Bahwa Rasulullah SAW diberi minuman, dan
beliau meminumnya, disebelah kanan beliau ada seorang anak kecil dan sebelah
kirinya orang tua. Beliau berkata kepada anak kecil tersebut:
اتاءذن لي ان اعطي هؤلاء ؟ فقال الغلام : لا و الله لااثر بنصبي منك
احدا
Apakah kalian mengizinkanku untuk memberi mereka minuman ini?
Berkatalah sang anak “tidak demi allah, saya tidak akan mendahulukan orang
lain, seorang pun untuk menerima bagianku yang engkau berikan”.
Tidakkah prtunjuk nabi ini menunjukkan bahwa rasulullah saw
memberikan teladan yang baik bagi anak dengan memperlihatkan rasa kepedulian
kepada sesama dengan tidak memandang status dan kedudukan, dan hal itu
dilakukan nabi persis di hadapan anak tersebut.
Pada dasarnya seorang anak yang melihat kedua orang tuanya brerbuat
dusta, sangat sulit ia untuk belajar jujur. Ketika Sang anak yang melihat kedua orang tuanya berkata kufur, celaan, tidak
mungkin ia belajar bertutur kata manis. Demikianlah sang anak akan tumbuh
dengan lingkungan sosial yang ada di dekatnya, begitupun akhlaknya.[11]
3.
Dalam lingkungan sosial, Rasulullah SAW menjelaskan;
كل مولود يولد على الفطرة فأبوه يهودا نه او
ينصرانه واويمجسانه (رواه مسلم)
Artinya: “Setiap bayi itu lahir atas
kesucian, maka kedua orangtuanya lah yang akan menjadikannya yahudi, nasrani,
atau majusi”. (H.R. Muslim)
المرء على دين خليله فلينظر احدكم من يخالل (رواه
الترمذي)
“Seseorang berada dalam
tuntunan temanya, maka hendaklah salah seorang daai kamu melihat siapa yang menjaai
temannya” (h.r at-tirmidzi).
Hadits diatas
menunjukkan bahwa lingkungan memberikan
pengaruh yang besar terhadap akhlak, kebiasaan, tingkah laku dan keprbadian
anak.
Diceritakan bahwa salah satu wasiat ibnu sina dalam
mendidik anak-anak adalah hendaknya bersama seorang anak kecil dalam pergaulan
sehari-hari, karena anak kecil yang berbudi pekerti baik beradat kebiasaan terpuji,
dan karena anak kecil dengan anak kecil lebih memebekas pengaruhnya satu sama
lain dan akan semakin meniru terhadap apa yang mereka lihat dan perhatikan.” [12]
4.
Metode islam
dan tata caranya dalam upaya memperbaiki kaum dewasa yaitu yang telah lewat dari
usia baligh berdasar pada tiga masalah pokok, yaitu;
a.
mengingatkanya
dengan akidah
mengingatkan
dengan perasaan muqorobah bahwa Allah ada dimana dan kapan saja akan selalu mengawasi kita, hingga apa yang ada
dalam hati kita, sehingga dalam hatinya akan timbul perasaan takut, secara
sembunyi ataupun secara terang-terangan. Hal ini akan menguatkan dirinya dan
menjauhkan dirinya dari segala yang diharamkan dan menghias diri dengan akhlak
yang mulia.
b.
menjelaskan
cela dari sebuah kejahatan
memberikan arahan bagi kaum yang dewasa dengan
menjelaskan bagaimana suatu kejahatan adalah sebuah cela dari hal yang akan
membuat dirimu dalam kesesatan saat ini ataupun nanti.
c.
merubah
lingkungan
meneyediakan kebaikan dalam upaya memperbaiki
kaum dewasa, memberikan suasana yang baik, karena dengan lingkuan yang baik
akan mempengaruhi kehidupam yang baik. [13]
5.
Dijelaskan pula dalam suatu tulisan 4 tahap bagaimana mendidik anak menurut usianya mengikut sunnah Rasulullah S.A.W adalah :
1)
Umur anak-anak 0-6 tahun.
Pada masa ini, Rasulullah
s.a.w menyuruh kita untuk memanjakan, mengasihi dan menyayangi anak dengan
kasih sayang yg tidak berbatas. kesannya, anak-anak akan
lebih dekat dengan kita . Anak-anak merasa aman dalam meniti usia kecil mereka karana mereka tahu yang anda (ibu bapak) selalu ada disisi mereka setiap masa.
2)
Umur anak-anak 7-14 tahun.
Pada tahap ini kita akan mulai
menanamkan nilai disiplin dan tangungjawab kepada
anak-anak. Yang mana kesannya, anak-anak akan
lebih bertanggungjawab pada setiap suruhan terutama dalam mendirikan solat.
Inilah rasa terbaik bagi kita dalam memprogramkan akhlak anak-anak mengikut
acuan Islam. Terlepas pada ibu bapa yang mana ingin menjadikan mereka seorang muslim, yahudi, nasrani ataupun majusi.
3)
Umur anak-anak 15- 21 tahun.
Inilah fasa remaja yang penuh sikap
memberontak. Pada tahap ini, ibubapa seeloknya mendekati anak-anak dengan berkawan dengan mereka. Banyakkan berborak
dan berbincang dengan mereka tentang perkara yang mereka hadapi. Jadilah
pendengar yang setia kepada mereka. Sekiranya tidak bersetuju dengan sebarang
tindakan mereka, elakkan menghardik mereka terutama dihadapan adik-beradik yang lain, tetapi banyakkan pendekatan secara diplomasi walaupun kita
adalah orang tua mereka. Kesannya, tiada orang ketiga atau ‘asing’ akan hadir dalam
hidup mereka sebagai tempat rujukan dan pendengar masalah mereka.
4)
Umur anak 21 tahun dan ke atas.
Fase ini adalah masa ibu
dan bapak untuk memberikan sepenuh kepercayaan
kepada anak-anak dengan memberi kebebasan
dalam membuat keputusan mereka sendiri. nasihatkan dengan diiringi doa agar
setiap jalan yang diambil mereka adalah betul. Ibu dan bapak
jangan penat untuk menasihati mereka, kerana mengikut kajian
nasihat yang diucap sebanyak 200 kali terhadap anak-anak mampu membentuk
tingkahlaku yang baik seperti yang ibu dan bapa inginkan.[14]
III.
Kesimpulan
Mendidik
anak pengertianya berbeda dengan mengasuh anak, jika mengasuh anak lebih
dominan dititikberatkan pada aspek dhohirnya, namun dalam mendidik anak
lebih menitikberatkan pada spek bathinya, atau tentang pendidikan (akhlak dan
kepribadian). Mendidik anak adalah merupakan kewajiban bagi orang tua namun
terkadang peranya dapat dibantu, semisal oleh guru. Hadits tentang tata cara
mendidik anak telah disebutkan rasulullah pda banyak kesempatan, dan bisa
dilihat dari pemaparan pemakalah diatas.diantaranya yaitu dengan kasih syaang,
nasihat, dan juag bentuk pendiidkan pada lingkungan, yang akan memberikan
pengaruh sebagian besar pada hidup anak, dan juga mendidik anak dapat
digolongkan dengan berdasarkan usia anak.
IV.
Penutup
Alhamdulillah
kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang secara tidak langsung telah membimbing
kami dalam pembuatan tulisan ini. Dan juga pemakalah sadar akan banyaknya
kekurangan dalam pembuatan tulisan ini. Untuk itu, dengan segenap kerendahan
hati, pemakalah bermaksud meminta kritik dan saran dari para pembaca, yang
tentu saja kritik dan saran yang tetap pada koridor membangun bagi sang
pemakalah, dan semoga Allah selalu senantiasa meridhoi setiap langkah kita, dan
selalu membimbing kita ke arah jalan yang benar, Aamin.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Hasyimi, Sayyid Ahmad. 2008. Terjemah Mukhtarul Ahadits.
Bandung; Sinar Baru Algensindo Offset.
Bukhori, Imam (Muhamad Bin Ismail Bim Ibrahim Bin Al Mughiroh Bin Bardzibah). Shahih
Bukhori. Lidwa Pusaka Online. Hlm 1824. Diundug dari Http://Id.Lidwa.Com/App/ Pada tanggal 24 November 2013. Pukul 10:16 PM.
Ulwah,
Abdullah Nashih. 1988. Tarbiyatul Aulad Fil Islam ‘’Pedoman Pendidikan Anak
Dalam Islam 2’’.Penj; Saifullah Kamalie Dan Hery Noer Aly. Bandung; Asy-Syifa’. Cet 1.
Ulwah, Abdullah Nashih. 1990. Pendidikan Sosial Anak.
Bandung; PT Remaja Rosdakarya.
www.exchelqhalif.com. Diakses pada tanggal 17 November 2013. Pukul 08:05 WIB.
[1] Sayyid Ahmad
Al-Hasyimi. Terjemah Mukhtarul Ahadits. Bandung; Sinar Baru Algensindo
Offset, 2008.Hlm 416.
[2] Menurut (pendapat) pemakalah.
[3] Abdullah
Nashih Ulwah. Tarbiyatul Aulad Fil Islam ‘’Pedoman Pendidikan Anak Dalam
Islam 2’’.Penj; Saifullah Kamalie Dan Hery Noer Aly. Bandung; Asy-Syifa’. 1988. Cet 1. Hlm 51.
[4] Abdullah
Nashih Ulwah. Tarbiyatul Aulad Fil Islam ‘’Pedoman Pendidikan Anak Dalam
Islam 2’’.Penj; Saifullah Kamalie Dan Hery Noer Aly. Bandung; Asy-Syifa’. 1988. Cet 1. Hlm 44.
[5] Sayyid Ahmad
Al-Hasyimi. Terjemah Mukhtarul Ahadits. Bandung; Sinar Baru Algensindo
Offset, 2008.Hlm 416.
[6] Abdullah
Nashih Ulwah. Pendidikan Sosial Anak. Bandung; PT Remaja Rosdakarya.
1990. Hlm 70.
[7] Abdullah
Nashih Ulwah. Pendidikan Sosial Anak. Bandung; Pt Remaja Rosdakarya.
1990. Hlm 79.
[8] Sayyid Ahmad
Al-Hasyimi. Terjemah Mukhtarul Ahadits. Bandung; Sinar Baru Algensindo
Offset, 2008.Hlm 88.
[9] Imam Bukhori (Muhamad
Bin Ismail Bim Ibrahim Bin Al Mughiroh Bin Bardzibah). Shahih Bukhori.
Lidwa Pusaka Online.Hlm 1824. Diundug Dari Http://Id.Lidwa.Com/App/ Pada Tanggal 24 November 2013.
Pukul 10:16 PM.
[10] Sayyid Ahmad
Al-Hasyimi. Terjemah Mukhtarul Ahadits. Bandung; Sinar Baru Algensindo
Offset, 2008.Hlm 591.
[11] Abdullah
Nashih Ulwah. Tarbiyatul Aulad Fil Islam ‘’Pedoman Pendidikan Anak Dalam
Islam 2’’.Penj; Saifullah Kamalie Dan Hery Noer Aly. Bandung; Asy-Syifa’. 1988. Cet 1. Hlm 37
[12] Abdullah
Nashih Ulwah. Tarbiyatul Aulad Fil Islam ‘’Pedoman Pendidikan Anak Dalam
Islam 2’’.Penj; Saifullah Kamalie Dan Hery Noer Aly. Bandung; Asy-Syifa’. 1988. Cet 1. Hlm 47
Komentar
Posting Komentar