MENDIDIK ANAK

MENDIDIK ANAK



MENDIDIK ANAK

Makalah
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Hadits Ahkam
Dosen Pengampu : Tolkhatul Khoir., M.Ag.

http://buku-on-line.com/wp-content/uploads/2012/04/Logo-IAIN-Walisongo-Semarang.jpg


Disusun oleh:
Nihayatul Ifadhloh                  (122111103)
Nur Afit                         (122111104)

AHWAL AL-SAKHSIYYAH
FAKULTAS SYARI’AH dan EKONOMI  ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
WALISONGO
SEMARANG
2013




Mendidik Anak

I.                   Pendahuluan
Anak adalah salah satu anugrah terindah Allah yang dititipkan kepada orang tua, dan salah satu hal yang dapat menolongmu (orang tua) ketika menuju surga-Nya adalah (do’a) anak yang sholeh dan sholehah. Maka dari itu, didiklah anak-anak kalian (para orang tua) dengan didikan yang benar menurut agama dan negara, dan mendiidk anak adalah kewajiban (mutlak) bagi orang tua (yang mampu untuk megajarinya).
Didalam sebuah kitab hadits dijelaskan tentang kewajiban seorang ayah (orang tua) kepada anaknya, yaitu ;
حق الولد على والده ان يحسن ا سمه وا دبه, وان يعلمه الكتابة والسباحة و الرمية وان لا يرزقه إلا طيبا , وان يزوجه إذا ادرك. (رواه الحاكم)
“Kewajiban seorang ayah terhadap anaknya, hendaknya ia memberi nama yang baik dan mendidiknya dengan baik, hendaknya mengerjakan menulis, berenang, dan memanah, hendaknya tidak memberikan nafkah kecuali rezeqi yang halal, dan hendaknya menikahkanya apabila usianya telah cukup”. (riwayat Hakim).
Dari hadits diatas dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan mengajari anak untuk memanah dan berenang adalah sebagai latihan sejak dini agar bila anak tersebut dewasa dapat berjuang dijalan Allah (mungkin perintah berenang dan memanah adalah karena dahulu islam identik dengan peperangan untuk memper juangkan agama Allah, namun saat ini mungkin dapat di aplikasikan pada lebih menjaga kesehatan dan kebugaran dalam menjaga kesehatan). Kemudian dijelaskan pula berilah mereka makan dengan rizqi yang halal, karena dalam hadits nabi yang lain nabi pernah bersabda: “daging yang ditumbuhkan dari hasil yang haram, tempat yang paling layak adalah neraka.”[1]
II.                Rumusan Masalah
Adapun rumusan permasalahan dari pembahasan makalah ini adalah :
A.           Pengertian mendidik anak !
B.            Hadits tentang mendidik anak !
C.            Tata Cara Mendidik Anak !
III.             Pembahasan
A.                Pengertian mendidik anak
Mendidik anak adalah hal yang berbeda dengan megasuh anak, jika mengasuh anak mungkin pengertianya lebih mneitibertakan pada bentuk fisik, namun dalam hal mendidik anak lebih menitiberatkan pada bentuk pengajaran dan pendidikan (akhlak). Jadi mendidik anak itu lebih mengarah pada pendidikan bathinya, sedangkan mengasuh anak adalah dhohirnya.[2]
Anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya, hatinya yang suci adalah permata yang sangat mahal harganya jika dibiasakan dengan kejahatan dan dibiarkan seperti dibiarkanya binatang ia akan celaka dan binasa, dan memeliharanya adalah dengan upaya pendidikan dan mengajar akhlak yang baik.
Hal-hal yang penting yang harus diketahui para orang tua yang mendidik anaknya dalam hal mengerjakan kebaikan dan mengajarkan mereka hal-hal yang berbudi luhur diantarnya adalah dengan mengikuti metode dengan pemberian dorongan kata-kata bijak, terkadang memberikan hadiah jika ia tuntas mengerjakan sesuatu atau menepati janjinya, dan terkadang pada kesempatan tertentu terpaksa dengan memberikan hukuman jika dipandang terdapat kemaslahatan, seperti hadits dibawah ini;
وعن عمروبن شعيب عن ابيه عن جده رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مروااولادكم با الصلاة وهم ابناء سنين واضربوهم عليها وهم ابناء عشر، وفرقوا بينهم فى المضاجع (حديث رواه ابودود با سناد حسن)
Artinya: “Dari Amru bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya RA berkata: Rasulullah SAW bersabda: perintahkan anak-anakmu untuk melaksanakan shalat, ketika mereka sampai di usia 7 tahun, kemudian pukul mereka karena meninggalkan shalat jika telah sampai usia 10 tahun dan pisahkan diantara mereka di tempat tidurnya”. (H.R. Abu Daud). [3]
B.                Hadits tentang mendidik anak
Rasulullah dalam banyak hadits telah menjelaskan  mendidik anak  dalam pendidikan islam, seperti halnya;
عن جا بربن سمرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لأن يؤدب الرجل ولده خير له من ان ينصدق بصاع (رواه الترمذ)
Artinya:“Dari Jubair bin Samurah RA ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: sungguh bahwa seseorang mendidik anaknya adalah lebih baik daripada ia bersedekah satu sha”. (H.R. Tirmidzi)
ما نحل والد ولدا افضل من اد ب حسن (رواه الترمذي)
Tidaklah ada pemberian yang lebih baik dari seorang ayah kepada ankanya dari pada akhlak yang baik (h.r at-tirmidzi).[4]
Kemudian diantara hadits-hadits lainya yang menjelaskan tentang mendidik anak adalah sebagai berikut;
1.         Kewajiban ayah (orang tua) kepada anaknya.
حق الولد على والده ان يحسن ا سمه وا دبه, وان يعلمه الكتابة والسباحة و الرمية وان لا يرزقه إلا طيبا , وان يزوجه إذا ادركك. (رواه الحاكم)
Kewajiban seorang ayah (orang tua) terhadap anaknya, hendaknya ia memberi nama yang baik dan mendidiknya dengan baik, hendaknya mnegajrakan menulis, berenang, dan memanahl hendaknya tidak memberikan nafkah kecuali rezeqi yang halal, dan hendaknya menikahkanya apabila usianya telah cukup. (riwayat Hakim). [5]
2.          Mengajarkan anak untuk menghormati guru
Diantara hak-hak bermasyarakat yang terpenting yang harus diperhatikan dan diingat oleh orang tua sebagai pendidik adalah mengajarkan anak untuk menghormati guru, sehingga anak akan tumbuh dengan sopan santun daan sikap sosial yang tinggi terhadap gurunya.
Berikut ini wasiat dan ajaran mulia nabi, diriwayatkan oleh ahmad athabrani, dan hakim dri ubadah bin shamit bahwa rasulullah saw bersabda;
ليس من امتي من لم يجل كبيرنا و يرحم صغيران ويعرف لعالمنا.
“tidak termasuk umatku orang yang tidak meghormati orang yang lebih dewasadan tidak menyayangi orang yang lebih kecil daripadanya dan orang yang tidak mngetahui hak gurunya.”[6]
3.          Mengajarkan anak tentang sikap kepada teman
Masalah yang tidak kalah pentingnya yang harus diajarkan kepada anak oleh orang tua adalah sikap kepada teman,  yaitu bagaimana memilih teman yang baik akhlak juga kepribadianya, karna dengan siapa ornag akan berteman, disitulah cerminan dari keseharianya.
Diriwayatkan oleh bukhori dan muslim dari Abu musa al-as’ary r.a. bahwa rasulullah saw bersabda;
مثل الجليس الصالح والجليس السوء ككمثل حامل المسك اما ان يحذيك او تشتري منه او تجد ريحا طيبة , ونافخ الكير اما ان يحرق ثيابك او تجد منه ريحا منتنة.
“perumpamaan pergaulan yang baik dan yang jahat iu seperti penjual minyak kasturi daan tukang pandai besi. Baik engkau menerima pemberian ataupun memebeli daripadanya, yang pasti engkau akan mendapat harumnya. Sedangkan dari pandai besi adakalanya kan membakar bajumu, tau palibg tidak akan kau dapati bau yang tidak sedap.”[7]
4.          Perintah Anak Untuk Mendirikan Sholat
إذا عرف الغلام يمينه من شماله فمروه بالصلاة (رواه ابو داود).
Apabila seorang anak telah mengetahui mana bagian kanan dan kirinya maka perintahkanlah ia untuk (mengerjakan ) sholat.  (Riwayat Abu Daud).[8]
Bilamana anak kalian telah mampu membedakan mana yang kanan dan mana yang kiri (mungkin penafsiran kanan daan kiri adalah perbuatan yang baik dan yang buruk) maka kita harus memerikntahkanya untuk sholat, hal ini dijelaskan oleh hadits lain yang mengatakan, “perintahkanlah anak-anak kalian untuk sholat bila telah mencapai usia tujuh (tahun), dan pukulah mereka karna meninggalkan sholat dalam usia sepuluh tahun.
5.         Mengajarkan anak bagaimana cara menahan rasa lapar dan dahaga dalam menjalankan ibadah puasa.
Dalam sebuah hadits lain diceritakan bagaimana cara mendidik anak (untuk puasa);
حدثنا مسدد حدثنا بشربنا المفضل حدثنا خالد بن ذكوان عن الربيع بنت معوذ قالت ارسل النبي ص.م غداة عاشوراء الي قرى الانصار من أصبح مفطرا فليتم بقية يومه ومن اصبح صاءما فليصم قالت فكن  نصومه بعد ونصوم صبياننا ونجعل لهم اللعبة من العهن فاذا بكى احدهم من العهن  ذاك حتي يكون عنا الافطار.
Telah menceritakan kepada kami, musaddad, telah menceritakan kepada kami bisyir bin al mufadhdhal, telah menceritakan kepada kami khalid bin dzakwan dari ar-ruba’i binti mu’awwidz berkata; Nabi SAW mengirim utusan kekampung kaum anshor pada siang hari Asyuro’ (untuk) menyampaikan “bahwa siapa yang tidak berpuasa sejak pagi hari maka dia harus menggantinya pada hari yang lian, dan siapa yang suddah puasa sejak pagi hari maka hendaklah ia menlanjutkan puasnaya.” (Ar-ruba’i binti mu’awidz) berkata; “setelah ittu kami selalu berpuasa dan kami juga mendidik anak-anak kecil kami untuk berpuasa dan kami sediakan untuk mereka semacam alat permainan tersebut dari bulu domba, apabila seorang dari mereka ada yang menangis meminta makan, maka kami beri dia permainan itu, demikianlah kami lakukan terus, hingga waktu berbuka tiba.”[9]
6.         Jenis Keterampilan Yang Harus Diajarkan Kepada Anak.
علمو اولادكم السباحة والرماية ونعم لهو الموءمنة في بيتها المعزل واذا دعاك ابواك فاجب امك (رواه الديلمي)
Ajarilah aak-anak kalian berenang dan memanah, sebaik-baik permainan wanita mukmin dirumahnya dalah menenun, dan apabila orang tuamu memanggilmu secara bersamaan, maka penuhilah panggilan ibumu. (Riwayat Ad-Dailami).
Berenang dan menembak atau memanah merupakan olahraga bagi anak-anak yang tujuanya di samping untuk membina tubuh juga agar kelak bila dewasa dan dibutuhkan untuk berjuang dijalan Allah dapat memenuhi persyaratannya. Dan untuk anak-anak perempuan, permainan yang paling baik untuknya didalam rumahnya adalah menenun. Abapila kedua orangtuamu secara bersamaan memanggilmu, maka penuhilah panggilan ibumu, sebagai prioritas seperti apa yang telah dianjurkan oleh nabi saw demikian itu karena hak ibu terhadap ankanya jauh lebih besar dari pada hak ayah terhadap anaknya.[10]
Dari hadits-hadits tersebut, setidaknya dapat diambil pelajaran bagaimana cara, sikap dan hal-hal yang harus dilakukan kedua orang tua dalam hal mendidik anak, dan masih banyak lagi cara mendidik anak dengan berdasarkan agama.
C.                Tata Cara Dalam Mendidik Anak
Dalam memusatkan sikap kasih sayang kepada anak-anak, Rasulullah SAW telah memberi teladan kepada generasi muslim agar mereka mengambil contoh dalam hal menyebarkan dakwah menuju agama Allah khususnya bagi para bapak dan pendidik.  Berikut ini beberapa contoh dari sikap rasulullah terhadap anak-anak;
1.         At-Tirmidzi Dan Lainya Meriwayatkan Dari Abdullah Bin Buraidah dari ayahnya;
Saya melihat rasulullah sedang menyampaikan khutbah maka datanglah hasan dan husain yang mengenakan baju merah, berjalan dan lalu terjatuh, kemudian Rasulullah SAW turun dari mimbar, dan mengambil keduanya, dan meletakkan bersamanya, kemudian beliau bersabda ‘’sesungguhnya harta dan anak-anakmua adalah cobaan. aku melihat kedua anak kecil itu jatuh maka tidakah aku bersabar sehingga memotong pembicaraanku dan mengangkat keduanya”.
Dari hadits tersebut dapat kita lihat bahwa bagaimana cara mendidik anak dengana kasih sayang, agar mereka merasa tentram bersama dengan kita.
2.         rasulullah sangat menekankan perlunya seorang ayah yang mendidik ankanya tampil didepan anaknya dengan penampilan  berbakti kedua orang tuanya sehingga dengan demikian ia memberi contoh baik kepada anak-anaknya. Imam Muslim meriwayatkan dari Sahal Bin Sa’ad As-Sa’di ra. Bahwa Rasulullah SAW diberi minuman, dan beliau meminumnya, disebelah kanan beliau ada seorang anak kecil dan sebelah kirinya orang tua. Beliau berkata kepada anak kecil tersebut:
اتاءذن لي ان اعطي هؤلاء ؟ فقال الغلام : لا و الله لااثر بنصبي منك احدا
Apakah kalian mengizinkanku untuk memberi mereka minuman ini? Berkatalah sang anak “tidak demi allah, saya tidak akan mendahulukan orang lain, seorang pun untuk menerima bagianku yang engkau berikan”.
Tidakkah prtunjuk nabi ini menunjukkan bahwa rasulullah saw memberikan teladan yang baik bagi anak dengan memperlihatkan rasa kepedulian kepada sesama dengan tidak memandang status dan kedudukan, dan hal itu dilakukan nabi persis di hadapan anak tersebut.
Pada dasarnya seorang anak yang melihat kedua orang tuanya brerbuat dusta, sangat sulit ia untuk belajar jujur. Ketika Sang anak yang melihat  kedua orang tuanya berkata kufur, celaan, tidak mungkin ia belajar bertutur kata manis. Demikianlah sang anak akan tumbuh dengan lingkungan sosial yang ada di dekatnya, begitupun akhlaknya.[11]
3.      Dalam lingkungan sosial, Rasulullah SAW menjelaskan;
كل مولود يولد على الفطرة فأبوه يهودا نه او ينصرانه واويمجسانه (رواه مسلم)
Artinya: “Setiap bayi itu lahir atas kesucian, maka kedua orangtuanya lah yang akan menjadikannya yahudi, nasrani, atau majusi”. (H.R. Muslim)
المرء على دين خليله فلينظر احدكم من يخالل (رواه الترمذي)
“Seseorang berada dalam tuntunan temanya, maka hendaklah salah seorang daai kamu melihat siapa yang menjaai temannya” (h.r at-tirmidzi).
Hadits diatas menunjukkan bahwa lingkungan  memberikan pengaruh yang besar terhadap akhlak, kebiasaan, tingkah laku dan keprbadian anak.
Diceritakan  bahwa salah satu wasiat ibnu sina dalam mendidik anak-anak adalah hendaknya bersama seorang anak kecil dalam pergaulan sehari-hari, karena anak kecil yang berbudi pekerti baik beradat kebiasaan terpuji, dan karena anak kecil dengan anak kecil lebih memebekas pengaruhnya satu sama lain dan akan semakin meniru terhadap apa yang mereka lihat dan perhatikan.” [12]
4.        Metode islam dan tata caranya dalam upaya memperbaiki kaum dewasa yaitu yang telah lewat dari usia baligh berdasar pada tiga masalah pokok, yaitu;
a.       mengingatkanya dengan akidah
mengingatkan dengan perasaan muqorobah bahwa Allah ada dimana dan kapan saja akan  selalu mengawasi kita, hingga apa yang ada dalam hati kita, sehingga dalam hatinya akan timbul perasaan takut, secara sembunyi ataupun secara terang-terangan. Hal ini akan menguatkan dirinya dan menjauhkan dirinya dari segala yang diharamkan dan menghias diri dengan akhlak yang mulia.
b.      menjelaskan cela dari sebuah kejahatan
memberikan arahan bagi kaum yang dewasa dengan menjelaskan bagaimana suatu kejahatan adalah sebuah cela dari hal yang akan membuat dirimu dalam kesesatan saat ini ataupun nanti.
c.       merubah lingkungan
meneyediakan kebaikan dalam upaya memperbaiki kaum dewasa, memberikan suasana yang baik, karena dengan lingkuan yang baik akan mempengaruhi kehidupam yang baik.  [13]
5.        Dijelaskan pula dalam suatu tulisan 4 tahap bagaimana mendidik anak menurut usianya mengikut sunnah Rasulullah S.A.W adalah :
1)        Umur anak-anak 0-6 tahun
Pada masa ini, Rasulullah s.a.w menyuruh kita untuk memanjakan, mengasihi dan menyayangi anak dengan kasih sayang yg tidak berbatas. kesannya, anak-anak akan lebih dekat dengan kita . Anak-anak merasa aman dalam meniti usia kecil mereka karana mereka tahu yang anda (ibu bapak) selalu ada disisi mereka setiap masa.
2)        Umur anak-anak 7-14 tahun. 
Pada tahap ini kita akan mulai menanamkan nilai disiplin dan tangungjawab kepada anak-anak. Yang mana kesannya, anak-anak akan lebih bertanggungjawab pada setiap suruhan terutama dalam mendirikan solat. Inilah rasa terbaik bagi kita dalam memprogramkan akhlak anak-anak mengikut acuan Islam. Terlepas pada ibu bapa yang mana ingin menjadikan mereka seorang muslim, yahudi, nasrani ataupun majusi.
3)        Umur anak-anak 15- 21 tahun.
Inilah fasa remaja yang penuh sikap memberontak. Pada tahap ini, ibubapa seeloknya mendekati anak-anak dengan berkawan dengan mereka. Banyakkan berborak dan berbincang dengan mereka tentang perkara yang mereka hadapi. Jadilah pendengar yang setia kepada mereka. Sekiranya tidak bersetuju dengan sebarang tindakan mereka, elakkan menghardik mereka terutama dihadapan adik-beradik yang lain, tetapi banyakkan pendekatan secara diplomasi walaupun kita adalah orang tua mereka. Kesannya, tiada orang ketiga atau ‘asing’ akan hadir dalam hidup mereka sebagai tempat rujukan dan pendengar masalah mereka.
4)        Umur anak 21 tahun dan ke atas.
Fase ini adalah masa ibu dan bapak untuk memberikan sepenuh kepercayaan kepada anak-anak dengan memberi kebebasan dalam membuat keputusan mereka sendiri. nasihatkan dengan diiringi doa agar setiap jalan yang diambil mereka adalah betul.  Ibu dan bapak  jangan penat untuk menasihati mereka, kerana mengikut kajian nasihat yang diucap sebanyak 200 kali terhadap anak-anak mampu membentuk tingkahlaku yang baik seperti yang ibu dan bapa inginkan.[14]

III.             Kesimpulan
Mendidik anak pengertianya berbeda dengan mengasuh anak, jika mengasuh anak lebih dominan dititikberatkan pada aspek dhohirnya, namun dalam mendidik anak lebih menitikberatkan pada spek bathinya, atau tentang pendidikan (akhlak dan kepribadian). Mendidik anak adalah merupakan kewajiban bagi orang tua namun terkadang peranya dapat dibantu, semisal oleh guru. Hadits tentang tata cara mendidik anak telah disebutkan rasulullah pda banyak kesempatan, dan bisa dilihat dari pemaparan pemakalah diatas.diantaranya yaitu dengan kasih syaang, nasihat, dan juag bentuk pendiidkan pada lingkungan, yang akan memberikan pengaruh sebagian besar pada hidup anak, dan juga mendidik anak dapat digolongkan dengan berdasarkan usia anak.
IV.             Penutup
Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang secara tidak langsung telah membimbing kami dalam pembuatan tulisan ini. Dan juga pemakalah sadar akan banyaknya kekurangan dalam pembuatan tulisan ini. Untuk itu, dengan segenap kerendahan hati, pemakalah bermaksud meminta kritik dan saran dari para pembaca, yang tentu saja kritik dan saran yang tetap pada koridor membangun bagi sang pemakalah, dan semoga Allah selalu senantiasa meridhoi setiap langkah kita, dan selalu membimbing kita ke arah jalan yang benar, Aamin.



DAFTAR PUSTAKA

Al-Hasyimi, Sayyid Ahmad. 2008. Terjemah Mukhtarul Ahadits. Bandung; Sinar Baru Algensindo Offset.
Bukhori, Imam (Muhamad Bin Ismail Bim Ibrahim Bin Al Mughiroh Bin Bardzibah). Shahih Bukhori. Lidwa Pusaka Online. Hlm 1824. Diundug dari Http://Id.Lidwa.Com/App/ Pada tanggal 24 November 2013. Pukul 10:16 PM.
 Ulwah, Abdullah Nashih. 1988. Tarbiyatul Aulad Fil Islam ‘’Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam 2’’.Penj; Saifullah Kamalie Dan Hery Noer Aly.  Bandung; Asy-Syifa’. Cet 1.
Ulwah, Abdullah Nashih. 1990. Pendidikan Sosial Anak. Bandung; PT Remaja Rosdakarya.
www.exchelqhalif.com. Diakses pada tanggal 17 November 2013. Pukul 08:05 WIB.
  





[1] Sayyid Ahmad Al-Hasyimi. Terjemah Mukhtarul Ahadits. Bandung; Sinar Baru Algensindo Offset, 2008.Hlm 416.
[2]  Menurut (pendapat) pemakalah.
[3] Abdullah Nashih Ulwah. Tarbiyatul Aulad Fil Islam ‘’Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam 2’’.Penj; Saifullah Kamalie Dan Hery Noer Aly.  Bandung; Asy-Syifa’. 1988. Cet 1. Hlm 51.
[4] Abdullah Nashih Ulwah. Tarbiyatul Aulad Fil Islam ‘’Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam 2’’.Penj; Saifullah Kamalie Dan Hery Noer Aly.  Bandung; Asy-Syifa’. 1988. Cet 1. Hlm 44.
[5] Sayyid Ahmad Al-Hasyimi. Terjemah Mukhtarul Ahadits. Bandung; Sinar Baru Algensindo Offset, 2008.Hlm 416.
[6] Abdullah Nashih Ulwah. Pendidikan Sosial Anak. Bandung; PT Remaja Rosdakarya. 1990. Hlm 70.
[7] Abdullah Nashih Ulwah. Pendidikan Sosial Anak. Bandung; Pt Remaja Rosdakarya. 1990. Hlm 79.
[8] Sayyid Ahmad Al-Hasyimi. Terjemah Mukhtarul Ahadits. Bandung; Sinar Baru Algensindo Offset, 2008.Hlm 88.
[9] Imam Bukhori (Muhamad Bin Ismail Bim Ibrahim Bin Al Mughiroh Bin Bardzibah). Shahih Bukhori. Lidwa Pusaka Online.Hlm 1824. Diundug Dari Http://Id.Lidwa.Com/App/ Pada Tanggal 24 November 2013. Pukul 10:16 PM.
[10] Sayyid Ahmad Al-Hasyimi. Terjemah Mukhtarul Ahadits. Bandung; Sinar Baru Algensindo Offset, 2008.Hlm 591.
[11] Abdullah Nashih Ulwah. Tarbiyatul Aulad Fil Islam ‘’Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam 2’’.Penj; Saifullah Kamalie Dan Hery Noer Aly.  Bandung; Asy-Syifa’. 1988. Cet 1. Hlm 37
[12] Abdullah Nashih Ulwah. Tarbiyatul Aulad Fil Islam ‘’Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam 2’’.Penj; Saifullah Kamalie Dan Hery Noer Aly.  Bandung; Asy-Syifa’. 1988. Cet 1. Hlm  47
 [13] Abdullah Nashih Ulwah. Tarbiyatul Aulad Fil Islam ‘’Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam 2’’.Penj; Saifullah Kamalie Dan Hery Noer Aly.  Bandung; Asy-Syifa’. 1988. Cet 1. Hlm  58
[14] www.exchelqhalif.com. Diakses pada tanggal 17 November 2013. Pukul 08:05 WIB.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CONTOH MASAILUL FIQH dalam PRESPEKTIF IJTIHAD METODE BAYANI

HARTA BERSAMA PASCA PERKAWINAN MENURUT ULAMA’ MADZHAB

PERJANJIAN JOINT VENTURE